
Pengungkapan Temuan Dr. Surya Suryadi
Penelusuran Arsip Akademik Ungkap Kejanggalan Mengenai Riwayat Dosen UGM
Peneliti senior di Leiden Institute for Area Studies (LIAS), Universitas Leiden, Dr. Surya Suryadi, baru-baru ini mengungkapkan hasil penelusurannya terhadap arsip akademik yang menyangkut Ir. Kasmudjo, dosen Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) yang diklaim sebagai pembimbing akademik Presiden Joko Widodo (Jokowi). Penelusuran ini bertujuan untuk mengungkap sejumlah kejanggalan terkait klaim yang sudah beredar di masyarakat mengenai latar belakang akademik dosen tersebut.
Dr. Suryadi menemukan sejumlah ketidaksesuaian dalam catatan sejarah yang berkaitan dengan Kasmudjo, yang hingga kini diidentifikasi sebagai figur penting dalam dunia pendidikan di UGM, terutama karena hubungannya dengan Jokowi.
Bukti dari Buku “Jejak Langkah Fakultas Kehutanan UGM Mencerdaskan Bangsa”
Dalam bukunya yang berjudul Jejak Langkah Fakultas Kehutanan UGM Mencerdaskan Bangsa (1996), penulis Moh. Sambas Sabarnurdin menyebutkan bahwa Kasmudjo bergabung sebagai dosen di UGM pada tahun 1976 dengan gelar B.Sc. (Bachelor of Science). Hal ini memunculkan pertanyaan terkait gelar insinyur (Ir.) yang kini banyak diklaim oleh Kasmudjo. Ketidaksesuaian ini mengundang spekulasi publik tentang bagaimana gelar Ir. tersebut diperoleh dan apakah ada proses studi lanjutan yang dapat diverifikasi publik.
Bukti tersebut semakin menambah kejanggalan, karena di era tersebut, proses untuk memperoleh gelar insinyur jelas memerlukan pendidikan lebih lanjut dan tidak dapat diperoleh begitu saja melalui jalur umum.
Dua Versi Tahun Kelahiran yang Membingungkan
Selain itu, dalam penelusuran Dr. Suryadi ditemukan adanya dua versi tahun kelahiran Kasmudjo, yakni 1940 dan 1961. Jika Kasmudjo lahir pada tahun 1961, maka ketika ia mulai mengajar di UGM pada tahun 1976, usianya hanya 15 tahun, yang tentu saja tidak mungkin. Suryadi menilai, kemungkinan besar tahun kelahiran yang benar adalah 1940, namun ketidaksesuaian ini tetap menjadi kebingungan di tengah publik. Perbedaan informasi tersebut juga turut memperumit penelusuran mengenai latar belakang pribadi dosen yang cukup berpengaruh ini.
Fakta Mengenai Jurusan Teknologi Kayu UGM yang Dipertanyakan
Dalam penelusuran lebih lanjut, Dr. Suryadi juga mengungkapkan fakta penting mengenai jurusan yang diklaim sebagai jurusan tempat Jokowi kuliah di UGM. Ditemukan bahwa tidak ada jurusan bernama “Teknologi Kayu” di Fakultas Kehutanan UGM. Berdasarkan arsip resmi, Fakultas Kehutanan UGM yang berdiri pada tahun 1963 hanya memiliki empat jurusan, yaitu:
Silvikultur, Manajemen Hutan, Teknologi Hasil Hutan, dan Konservasi Sumber Daya Hutan.
Menurut keputusan resmi yang tercatat dalam Surat Keputusan Mendikbud No. 0553/O/1983, perubahan nama atau struktur jurusan yang ada di fakultas tersebut sudah terjadi sejak lama. Bahkan pada tahun 1980, saat Presiden Jokowi diklaim sedang berkuliah di UGM, Fakultas Kehutanan telah terdiri dari empat bagian: Manajemen Hutan, Silvikultur, Teknologi Kehutanan, dan Konservasi Sumber Daya Hutan.
Klaim mengenai keberadaan jurusan “Teknologi Kayu” yang sering dikaitkan dengan Jokowi, oleh karena itu, dipertanyakan keabsahannya. Fakta ini semakin memperlihatkan bahwa mungkin ada informasi yang tidak akurat atau bahkan tercampur aduk mengenai jalur pendidikan yang diambil oleh Presiden Jokowi selama masa kuliahnya di UGM.
Implikasi dan Rekomendasi
Penemuan tersebut menimbulkan pertanyaan besar mengenai keakuratan klaim yang menyebutkan bahwa Presiden Jokowi mengambil jurusan “Teknologi Kayu” di Fakultas Kehutanan UGM. Beberapa pihak kini menyarankan agar UGM membuka arsip-arsip akademiknya, termasuk dokumentasi lamaran kerja, riwayat studi, dan pengangkatan dosen, agar publik dapat mengetahui informasi yang lebih jelas mengenai hal tersebut.
Dr. Suryadi, dengan segala temuan dan penelusurannya, juga menilai penting bagi pihak kampus untuk memberikan akses transparansi atas data-data akademik yang bisa membantu menjawab rasa ingin tahu masyarakat tentang perjalanan akademik Presiden Jokowi. Hal ini penting agar tidak ada lagi kebingungan dan spekulasi yang beredar di tengah publik terkait latar belakang pendidikan seorang tokoh negara.
Kesimpulan
Meskipun klaim-klaim mengenai pendidikan Jokowi di UGM sudah lama beredar, pengungkapan ini menunjukkan adanya sejumlah kejanggalan yang harus diperjelas oleh pihak terkait. Transparansi dan keterbukaan dalam mengakses arsip akademik akan menjadi kunci penting dalam meredakan spekulasi yang mungkin terjadi.
Namun, dengan temuan-temuan yang ada, kita sebagai masyarakat patut bertanya: Apakah semua yang kita ketahui selama ini tentang pendidikan Presiden Jokowi di UGM benar adanya?
Author : Cakrawala Nusantara X Harum108